Ilmu
Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan
Nama : Faisal Albana Tonaziz
NPM : 53414809
Ilmu Pengetahuan
Ilmu Pengetahuan secara
garis besar adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi
kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup
pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga
komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu ;
-
Ontologis
-
Epistemologis
-
aksiologis
Epistemologis hanyalah merupakan cara bagaimana
materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi tubuh ilmu pengetahuan.
Ontologis dapat diartikan hakekat apa yang dikaji oleh pengetahuan, sehingga
jelas ruang lingkup ujud yang menajdi objek
penelaahannya. Untuk mencapai suatu pengetahuan yang ilmiah dan obyektif
diperlukan sikap yang bersifat ilmiah, yang meliputi empat hal yaitu :
1. Tidak
ada perasaan yang bersifat pamrih
2. Selektif,
artinya mengadakan pemilihan terhadap problema yang dihadapi
3. Kepercayaan
yang layak terhadap kenyataan
4. Merasa
pasti bahwa setiap pendapat, teori maupun aksioma terdahulu telah
mencapai kepastian.
Teknologi
Teknologi adalah satu ciri yang mendefinisikan hakikat
manusia yaitu bagian dari sejarahnya meliputi keseluruhan sejarah. Teknologi,
menurut Djoyohadikusumo (1994, 222) berkaitan erat dengan sains (science) dan
perekayasaan (engineering). Dengan kata lain, teknologi mengandung dua dimensi,
yaitu science dan engineering yang saling berkaitan satu
sama lainnya. Sains mengacu pada pemahaman kita tentang dunia nyata sekitar
kita, artinya mengenai ciri-ciri dasar pada dimensi ruang, tentang materi dan
energi dalam interaksinya satu terhadap lainnya.
Dari ilmu pengetahuan dan “knowledge” ini, manusia
menghasilkan ilmu rekayasa (engineering, atau kejuruteraan, teknik) yang
berkembang di berbagai bidang. Beberapa bidang yang berkembang dalam rekayasa
ini antara lain bidang aerospace, agrikultur, komputer, kimia, industri, sipil,
perangkat lunak, dll. Dengan ilmu pengetahuan dan rekayasa ini, lalu
berkembanglah berbagai teknologi. Akhirnya, muncullah teknologi diberbagai
bidang, antara lain teknologi pesawat terbang, teknologi nuklir, teknologi
audio video, teknologi elektronik, dan sebagainya.
Teknologi memperlihatkan fenomenanya alam
masyarakat sebagai hal impersonal dan memiliki otonomi mengubah setiap bidang
kehidupan manusia menjadi lingkup teknis.
Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut
Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagia berikut :
1. Rasionalistas,
2. Artifisialitas,
3. Otomatisme,
4. Teknik
berkembang pada suatu kebudayaan
5. Monisme,
6. Universalisme,
7. otonomi
Luasnya bidang teknik digambarkan sebagaia berikut
:
1. Teknik
meluputi bidang ekonomi,
2. Teknik
meliputi bidang organisasional
3. Teknik
meliputi bidang manusiawi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan
dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka
nasional seperti kemiskinan.
Kemiskinan
Masalah kemiskinan memang telah ada sejak dahulu
kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang
pangan, tetapi miskin dalam bentuk minimnya kemudahan atau materi. Dari ukuran
kehidupan modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan,
pelayanan kesehatan dan kemudahan – kemudahan lainnya yang tersedia pada jaman
modern.
Kemiskinan sering digambarkan sebagai
kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatakan
berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian,
tempat berteduh, dan lain-lain.
Berdasarkan ukuran ini maka mereka yang hidup
dibawah garis kemiskinan memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak
memiliki factor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan. Dll
2. Tidak
memiliki kemungkinan untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri,
seperti untuk memperoleh tanah garapan ataua modal usaha
3. Tingkat
pendidikan mereka rendah, tidak sampai taman SD
4. Kebanyakan
tinggal di desa sebagai pekerja bebas
5. Banyak
yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai ketrampilan
Di
Indonesia program – program penanggulangan kemiskinan sudah banyak pula
dilakukan, seperti pengembangan desa tertinggal, perbaikan kampung,
gerakan terpadu pengentasan kemiskinan.
Sumber:
Harwantiyoko &
Katuuk, Neltje F. (1997). MKDU Ilmu Sosial Dasar, Jakarta: Gunadarma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar