INTERNET
dan NEW MEDIA
Peran
Pendidikan Sebagai Dasar Revolusi Mental
Nama
: Faisal Albana Tonaziz
NPM : 53414809
Kelas : 2IA02
A.
Pengertian
Revolusi Mental
Revolusi Terdiri atas dua kata yakni
Revolusi dan Mental. Revolusi (dari bahasa latin yang berarti “berputar arah”)
adalah perubahan fundamental (mendasar) dalam sturktur kekuatan atau organisasi
yang terjadi dalam periode waktu yang relative singkat. Aristoteles
menggambarkan pada dasarnya ada dua jenis revolusi yakni:
1.
Perubahan
sepenuhnya dari sutu aturan ke yang lain
2.
Modifikasi
terhadap aturan yang ada
Revolusi
telah banyak terjadi dalam sejarah umat manusia dan bervariasi dalam berbagai
metoda, durasi dan ideology motivasi, Hasilnya telah terjadi perubahan besar
dalam budaya, ekonomi dan institusi sosi-politik. Sedangkan mental atau
mentalitas adalah cara berfikir atau kemampuan untuk berfikir, belajar dan
merespons terhadap sesuatu atau kondisi. Jadi revolusi mental dapat diartikan
dengan perubahan yang relative cepat dalam cara berfikir kita dalam merespon,
bertindak dan bekerja
B.
Pentingnya
Pendidikan
Berbicara mengenai Pendidikan, kita
semua pasti sudah mengetahui bahwa begitu pentingnya pendidikan bagi manusia.
Dengan adanya pendidikan ini maka manusia atau seseorang dapat mempunyai
pengetahuan, kemampuan, dan Sumber Daya Manusia yang tinggi. Hal-hal tersebut
menjadi salah satu modal yang berharga yang dapat kita miliki untuk tetap hidup
di zaman yang serba sulit ini.
Pendidikan, kemampuan, pengetahuan,
dan wawasan sangat dibutuhkan dalam memulai atau melamar suatu pekerjaan. Mulai
bangku Sekolah Dasar, pendidikan sudah kita dapatkan. Berikut adalah manfaat
yang didapat dari pendidikan bagi manusia:
1.
Untuk karir atau pekerjaan
2.
Menjadi manusia yang baik dan berkarakter
3.
Membantu dalam kemajuan bangsa
4.
Memberikan
Pengetahuan
C.
Revolusi
Mental, Dimulai dari Pendidikan
Gagasan
revolusi mental yang diluncurkan presiden terpilih Joko Widodo mendapat respons
positif dari berbagai kalangan, baik dari teknokrat, agamawan, maupun para
pendidik.
Ide
revolusi mental bermula dari kegalauan yang dirasakan masyarakat di berbagai
ruang kehidupan. Antara lain, di jalan-jalan kota besar dan kecil serta di
ruang publik yang lain, termasuk media masa dan media sosial. Revolusi mental
harus segera dilakukan. Mengingat, pertama,
gagalnya rezim Orde Baru dalam melaksanakan pembangunan, yang belum menyentuh
paradigma, mindset, atau budaya politik dalam
rangka pembangunan bangsa (nation building).
Kedua,
tradisi atau budaya yang tumbuh subur dan berkembang di alam represif Orde Baru
masih berlangsung hingga sekarang, mulai korupsi, intoleransi terhadap
perbedaan, dan sifat kerakusan hingga sifat ingin menang sendiri, kecenderungan
menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah, pelecehan hukum, dan sifat
oportunis. Semua itu masih berlangsung dan beberapa di antaranya bahkan makin
merajalela di alam Indonesia yang terkenal ramah ini.
Meski
sangat sederhana, konsep yang ditawarkan Joko Widodo itu didasari oleh pemikiran
yang sangat fundamental, filosofis, dan empiris sehingga mampu menyentuh akar
persoalan. Masalahnya, revolusi mental dimulai dari mana?
Dari Pendidikan
Revolusi
mental dimulai dari pendidikan, mengingat peran pendidikan sangat strategis
dalam membentuk mental anak bangsa. Pengembangan kebudayaan maupun karakter
bangsa diwujudkan melalui ranah pendidikan. Pendidikan pengembangan karakter
adalah sebuah proses berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process). Selama sebuah bangsa ada dan
ingin tetap eksis, pendidikan karakter harus menjadi bagian terpadu dari
pendidikan alih generasi.
Implementasi
pendidikan karakter tidak harus dikaitkan dengan anggaran. Dibutuhkan komitmen
dan integritas para pemangku kepentingan di bidang pendidikan untuk secara
sungguh-sungguh menerapkan nilai-nilai kehidupan di setiap pembelajaran.
Pendidikan karakter tidak sekadar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
salah, tetapi juga menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik.
Dengan begitu, peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang baik
dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik (loving the good/moral
feeling), dan
perilaku yang baik (moral action), dan
biasa melakukan (psikomotor). Jadi, pendidikan karakter erat berkaitan dengan habit(kebiasaan) yang
dipraktikkan dan dilakukan.
Anak-anak
tidak membutuhkan kurikulum, tetapi kehidupan yang benar-benar mampu menghidupi
mereka. Mereka belajar dari kehidupan nyata. Yang terjadi sekarang, banyak
nilai atau ajaran yang sudah ada itu dikaburkan, ditutup-tutupi dengan
kebohongan yang dikemas dalam sebuah ikon berupa iklan yang justru menyesatkan.
Nilai Utama
Thomas
Lickona, dalam bukunya, Education
for Character, menawarkan
dua nilai utama pendidikan karakter yang berdasar atas hukum moral, yaitu sikap
hormat dan bertanggung jawab. Nilai-nilai tersebut mewakili dasar moralitas
utama yang berlaku secara universal. Sebab, itu memiliki tujuan dan merupakan
nilai yang nyata bahwa terkandung nilai-nilai baik bagi semua orang, baik secara
individu maupun sebagai bagian dari masyarakat.
Ada
tiga hal pokok untuk memahami konsep rasa hormat. Pertama,penghormatan terhadap
diri sendiri. Maksudnya, mengharuskan kita untuk memperlakukan apa yang ada
pada hidup kita sebagai manusia yang memiliki nilai secara alami. Kedua, penghormatan terhadap
orang lain, mengharuskan kita untuk memperlakukan semua orang, bahkan
orang-orang yang kita benci, sebagai manusia yang memiliki nilai tinggi dan
memiliki hak yang sama dengan kita sebagai individu. Ketiga, hormat terhadap lingkungan, sebuah
kewajiban untuk melindungi alam dan lingkungan ketika kita hidup dari rapuhnya
ekosistem dan segala kehidupan yang bergantung di dalamnya.
Sedangkan
tanggung jawab merupakan suatu bentuk lanjutan dari rasa hormat. Jika menghormati
orang lain, itu berarti kita menghargai mereka. Jika menghargai mereka, kita
merasakan sebuah ukuran dari rasa tanggung jawab kita untuk menghormati
kesejahteraan hidup mereka. Tanggung jawab secara literal ’’kemampuan untuk
merespons atau menjawab’’. Artinya, tanggung jawab berorientasi terhadap orang
lain, memberikan bentuk perhatian, dan secara aktif memberikan respons terhadap
apa yang mereka inginkan. Tanggung jawab menekankan kepada kewajiban positif
untuk saling melindungi.
mental
anak yang harus diajarkan di sekolah. Tentunya masih banyak nilai lain,
misalnya kejujuran, keadilan, toleransi, kebijaksanaan, disiplin diri,
tolong-menolong, peduli terhadap sesama, keberanian, dan sikap demokratis.
Namun, nilai-nilai khusus tersebut merupakan bentuk dari rasa hormat dan
tanggung jawab atau sebagai media pendukung untuk bersikap hormat dan
bertanggung jawab. Bagaimana strategi pengajaran tentang rasa hormat dan
tanggung jawab? Bergantung kepada kebijaksanaan masing-masing sekolah. Semoga.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar